Jakarta, 26
Nopember 2011
Hari ini adalah hari istimewa
bagi saya. Berawal dari obrolan saya bersama salah seorang reporter stasiun
televisi nasional mengenai perkembangan IT di Indonesia. Saya diberikan
kesempatan untuk ikut bersama mereka (baca: tim liputan Tv) yang kebetulan akan
mewawancara bapak Rinaldi Firmansyah selaku Direktur Utama PT Telkom, tbk
terkait perkembangan kompetisi perusahaan IT dan kiat-kiat BUMN tersebut untuk
tetap bersaing dalam pasar yang sangat kompetitif ini. Tentu saja hal ini tidak
akan saya sia-siakan begitu saja.
Berbekal id sebagai anak magang,
maka saya bersama tim liputan bergerak menuju gedung Graha Citra Caraka di
kawasan Gatot Subroto Jakarta. Kami disambut oleh bapak Eddy Kurnia selaku Direktur
Pemasaran PT. Telkom, tbk yang telah kami wawancarai pada hari sebelumnya. Kami
berada di gedung yang menjadi kantor pusat Telkom sekitar pukul lima sore,
padahal kami dijadwalkan untuk mewawancara Direktur Utama Telkom pada pukul
tujuh malam. Kami datang lebih awal, dikarenakan kekhawatiran kami apabila
berangkat lebih sore akan terkena macet ibukota pada saat jam bubar kantor.
Selain itu, kami juga harus mempersiapkan beberapa peralatan agar dapat
dipergunakan pada saat wawancara nanti.
Akhirnya wawancara bersama
Direktur Utama Telkom pun dimulai. Diawali dengan beberapa obrolan singkat,
akhirnya Pak dirut menceritakan perjuangan satu-satunya BUMN di bidang
telekomunikasi ini. Berikut petikannya :
Bertelepon ria, saling mengirim
pesan singkat, kirim-kiriman Blackberry Messenger dan bermain di dunia maya,
sekarang semuanya bisa dilakukan hanya dengan menggunakan telepon genggam.
Pemandangan kesibukan dengan menggunakan telepon genggam kini bisa ditemui
dimanapun. Bahkan pergeseran gaya hidup ini memunculkan efek mendekatkan yang
jauh dan menjauhkan yang dekat. Kebutuhan akan telepon genggam maupun smartphone
dengan akses internet tanpa batas tak bisa terelakan lagi bagi masyarakat Indonesia
sebagai sarana pergaulan ataupun sarana untuk memperlancar pekerjaan.
Kemudahan-kemudahan yang
diberikan dari layanan ini terbukti telah mendongkrak jumlah pengguna jasa
layanan telekomunikasi di Indonesia. Tak heran jika di tahun 2010 saja, industri seluler yang baru dikenal selama 15
tahun ini mencapai penetrasi hingga 80 persen dengan jumlah pelanggan mencapai
180 juta. Suatu angka yang fantastis, dan Telkom sebagai satu-satunya Badan
Usaha Milik Negarabidang jasa telekomunikasi, kecipratan peningkatan keuntungan
akibat berubahnya gaya hidup masyarakat Indonesia tersebut. Keuntungan Telkom
pada triwulan tiga di tahun 2011 saja sudah mengalami kenaikan 3,4 % dibanding
triwulan yang sama pada tahun 2010.
Selain itu, perkembangan industri
telekomunikasi di Indonesia tentu saja memberikan sumbangan yang tidak sedikit
ke Kas Negara. Revenue sekitar 70
trilyun setahun, maka sekitar 26 trilyun akan kembali ke negara dalam bentuk
pajak, deviden serta biaya pemakaian frekuuensi. Walaupun persaingan industri
ini sangat luar biasa, namun Telkom telah menjangkau hampir 100% wilayah Indonesia
sehingga ikut mengembangkan infrastruktur di daerah.
Sayangnya angka yang cukup signifikan yang
disumbangkan bagi kas negara dari bidang jasa telekomunikasi ini, tidak seiring dengan harapan Telkom sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik
Negaradi bidang jasa telekomunikasi. Kenyataanya tidak ada perlakuan khusus dari
pemerintah terhadap Telkom, bahkan kebijakan pemerintah Indonesia kerap memperlakukan kebebasan atas masuknya modal asing dan juga
perusahaan-perusahaan asing untuk beroperasi di Indonesia. Hal ini tentu saja membuat Telkom perlu siaga penuh. Indonesia memang dikenal sebagai negara yang memiliki
perusahaan provider terbesar di dunia baik BUMN, swasta nasional maupun swasta asing. Tercatat saat ini ada 10 perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi, dan perusahaan asing yang menguasai
industri telekomunikasi di Indonesia didominasi oleh BUMN milik Singapura.
Perjuangan Telkom di kancah
persaingan bisnis telekomunikasi yang begitu liberal di negeri ini bisa dikatan
disajikan dengan performa yang baik dari masa ke masa. Dengan berbagai inovasi
dan perbaikan budaya kerja di dalam internal Telkom. Masa lalu sebagai pemegang
monopoli dalam bidang jasa telekomunikasi, memang meninggalkan pekerjaan rumah yang
cukup berat bagi management Telkom agar siap bersaing di arena pasar bebas
telekomunikasi. Apalagi status sebagai Badan Usaha Milik Negara membuat langkah
Telkom tidak bisa selincah perusahaan swasta dalam mengambil kebijakan
perusahaan.
Telkom sebagai BUMN memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya BUMN memiliki sistem yang baku dan rapi.
Kedua memiliki kewajiban mengelola SDM sehingga pengelolaan SDM di Telkom
bagus. Namun di saat yang sama ada keterikatan regulasi, jika perusahaan swasta
ada tiga undang-undang yang mengikatnya sedangkan
BUMN ada 8 undang-undang. Hal ini yang mengakibatkan peraturan pada Telkom
lebih mengikat dan ekspansi perusahaannya tidak dapat disamakan dengan swasta.
Namun, Telkom harus bisa berjalan secara fleksibel mengingat situasi kompetitif
industri ini.
Akhirnya, wawancara kami dengan bapak Renaldi Firmansyah ini kami
akhiri. Sesungguhnya sikap optimisme direktur utama PT Telekomunikasi Indonesia,
tbk untuk tetap mempertahankan perusahaan menjadi juara di arena industri
telekomunikasi negeri ini layak diamini seluruh bangsa Indonesia. Karena
bagaimanapun Telkom merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara bidang
telekomunikasi yang dimiliki negeri ini. Dalam hal ini, kita perlu mengaplikasikan
makna dari kata nasionalisme berkomunikasi sebagai wujud dukungan terhadap
perusahaan telekomunikasi nasional.
1 komentar:
Mmm, mudah2an telkom lebih diberikan kebebasan bergerak oleh pemerintah biar bisa lebih fleksibel seperti yang diharapkan pak Rinaldi sehingga bisa bersaing lebih bebas :)
Posting Komentar