Detail Buku :
1
|
Judul
|
:
|
4-G Marketing a
90 Year Journey of Creating Everlasting Brands
|
2
|
Pengarang
|
:
|
Hermawan
Kertaya, Yuswehadi, Sumardy
|
3
|
Tahun
|
:
|
2005
|
4
|
Penerbit
|
:
|
Markplus and
co.
|
5
|
Editor
|
:
|
Waizly Darwin
|
Dalam buku ini dibahas
mengenai strategi marketing perusahaan yang bisa bertahan dari generasi ke
generasi. Buku ini memberikan strategi safari menelusuri perjalanan Sampoerna
dalam menuju kesempurnaan selama lebih dari 90 tahun.
Sampoerna didirikan oleh Liem
Seeng Tee pada tahun 1913. Berbekal pengetahuan mengenai rokok yang ia peroleh
saat menjadi buruh pekerja rokok di Semarang itulah yang menispirasi Seeng Tee
untuk membuat perusahaan rokok. Di awal masa berdirinya perusahaan rokok Seeng
Tee dinamakan Handal Maatschapij Sampoerna lalu kemudian setelah perang dunia
kedua berubah menjadi Hanjaya Mandala Sampoerna. Seeng Tee adalah orang pertama
yang mencampur beberapa jenis bumbu seperti vanilla, pala, kayu manis dan
cengkeh dalam rokoknya hingga menghasilkan Produk Dji Sam Soe.
Namun Perjalanan Seeng Tee tak
mulus dalam menjalankan perusahaannya. Setelah berhasil meraup keuntungan luar
biasa besar dari perusahaan rokoknya. Dalam satu hari perusahaan Seeng Tee dapat
memproduksi hingga tiga juta batang rokok dengan 1300 lebih pekerja. Saat penjajahan Jepang Seeng Tee ditahan oleh
tentara Jepang, harta perusahaan Sampoerna-pun habis dicuri tentara Jepang dan
membuat Sampoerna jatuh bangkrut. Namun, pasca kemerdekaan Seeng Tee dibebaskan
dan kembali membangun puing-puing usaha rokoknya.
Seeng Tee menciptakan filosofi
dalam perusahaan keluarganya sebagai buah pikiran bisnisnya, yakni logo 3
tangan yang melambangkan 3 stakeholders yang harus dipuaskan dalam usaha
rokoknya. Ketiga unsur tersebut adalah produsen, pedagang dan konsumen. Ketiganya
harus mendapatkan keuntungan jika ingin berhasil dalam usaha ini. Namun tahun
1959 sang Founder Meninggal. Tak ada yang mengurus perusahaan rokoknya dan
untuk kedua kalinya Sampoerna dinyatakan pailit.
Warisan keluarga ini kemudian
diambil alih oleh pemimpin barunya, salah satu anak Seeng Tee yakni Aga Sampoerna.
Kini giliran Aga yang harus mengumpulkan puing-puing reruntuhan perusahaan
keluarganya dan Aga berhasil membangun serta mengembangkan perusahaannnya
menjadi perusahaan yang memiliki daya saing.
Selanjutnya Sampoerna dikawal
oleh generasi ketiga. Dalam mitos China, generasi ketiga memiliki konotasi
buruk, dipercayai hancurnya perusahaan keluarga saat dipegang oleh generasi
ketiga. Namun sebagai generasi ketiga Seeng Tee, Putera Sampoerna tak ingin
membiarkan legenda tersebut mengintimidasinya. Putera terus mengembangkan
perusahaan rokok keluarganya hingga pasar Internasional dengan berbagai produk
inovasi.
Akhirnya Putera Sampoerna-pun
melakukan langkah yang kontroversial dalam menjalankan bisnis keluarganya. Dia
menjual hampir 100% saham perusahaan keluarganya kepada perusahaan Philip
Morris Corporation, sebuah perusahaan rokok raksasa milik Amerika. Tak ada yang
tahu alasan Putera membuat keputusan besar ini selain membuat keuntungan yang
besar bagi kekayaan keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar