Ragam Tulisan

Minggu, 04 Desember 2011

Resensi Buku: 4-G Marketing a 90 Year Journey of Creating Everlasting Brands




Detail Buku :
1
Judul
:
4-G Marketing a 90 Year Journey of Creating Everlasting Brands
2
Pengarang
:
Hermawan Kertaya, Yuswehadi, Sumardy
3
Tahun
:
2005
4
Penerbit
:
Markplus and co.
5
Editor
:
Waizly Darwin

Dalam buku ini dibahas mengenai strategi marketing perusahaan yang bisa bertahan dari generasi ke generasi. Buku ini memberikan strategi safari menelusuri perjalanan Sampoerna dalam menuju kesempurnaan selama lebih dari 90 tahun.
Sampoerna didirikan oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1913. Berbekal pengetahuan mengenai rokok yang ia peroleh saat menjadi buruh pekerja rokok di Semarang itulah yang menispirasi Seeng Tee untuk membuat perusahaan rokok. Di awal masa berdirinya perusahaan rokok Seeng Tee dinamakan Handal Maatschapij Sampoerna lalu kemudian setelah perang dunia kedua berubah menjadi Hanjaya Mandala Sampoerna. Seeng Tee adalah orang pertama yang mencampur beberapa jenis bumbu seperti vanilla, pala, kayu manis dan cengkeh dalam rokoknya hingga menghasilkan Produk Dji Sam Soe.
Namun Perjalanan Seeng Tee tak mulus dalam menjalankan perusahaannya. Setelah berhasil meraup keuntungan luar biasa besar dari perusahaan rokoknya. Dalam satu hari perusahaan Seeng Tee dapat memproduksi hingga tiga juta batang rokok dengan 1300 lebih pekerja.  Saat penjajahan Jepang Seeng Tee ditahan oleh tentara Jepang, harta perusahaan Sampoerna-pun habis dicuri tentara Jepang dan membuat Sampoerna jatuh bangkrut. Namun, pasca kemerdekaan Seeng Tee dibebaskan dan kembali membangun puing-puing usaha rokoknya.
Seeng Tee menciptakan filosofi dalam perusahaan keluarganya sebagai buah pikiran bisnisnya, yakni logo 3 tangan yang melambangkan 3 stakeholders yang harus dipuaskan dalam usaha rokoknya. Ketiga unsur tersebut adalah produsen, pedagang dan konsumen. Ketiganya harus mendapatkan keuntungan jika ingin berhasil dalam usaha ini. Namun tahun 1959 sang Founder Meninggal. Tak ada yang mengurus perusahaan rokoknya dan untuk kedua kalinya Sampoerna dinyatakan pailit.
Warisan keluarga ini kemudian diambil alih oleh pemimpin barunya, salah satu anak Seeng Tee yakni Aga Sampoerna. Kini giliran Aga yang harus mengumpulkan puing-puing reruntuhan perusahaan keluarganya dan Aga berhasil membangun serta mengembangkan perusahaannnya menjadi perusahaan yang memiliki daya saing.
Selanjutnya Sampoerna dikawal oleh generasi ketiga. Dalam mitos China, generasi ketiga memiliki konotasi buruk, dipercayai hancurnya perusahaan keluarga saat dipegang oleh generasi ketiga. Namun sebagai generasi ketiga Seeng Tee, Putera Sampoerna tak ingin membiarkan legenda tersebut mengintimidasinya. Putera terus mengembangkan perusahaan rokok keluarganya hingga pasar Internasional dengan berbagai produk inovasi.
Akhirnya Putera Sampoerna-pun melakukan langkah yang kontroversial dalam menjalankan bisnis keluarganya. Dia menjual hampir 100% saham perusahaan keluarganya kepada perusahaan Philip Morris Corporation, sebuah perusahaan rokok raksasa milik Amerika. Tak ada yang tahu alasan Putera membuat keputusan besar ini selain membuat keuntungan yang besar bagi kekayaan keluarganya.

Tidak ada komentar: