Ragam Tulisan

Minggu, 04 Desember 2011

Wawancara Bersama Dirut Telkom


 Jakarta, 26 Nopember 2011
Hari ini adalah hari istimewa bagi saya. Berawal dari obrolan saya bersama salah seorang reporter stasiun televisi nasional mengenai perkembangan IT di Indonesia. Saya diberikan kesempatan untuk ikut bersama mereka (baca: tim liputan Tv) yang kebetulan akan mewawancara bapak Rinaldi Firmansyah selaku Direktur Utama PT Telkom, tbk terkait perkembangan kompetisi perusahaan IT dan kiat-kiat BUMN tersebut untuk tetap bersaing dalam pasar yang sangat kompetitif ini. Tentu saja hal ini tidak akan saya sia-siakan begitu saja.
Berbekal id sebagai anak magang, maka saya bersama tim liputan bergerak menuju gedung Graha Citra Caraka di kawasan Gatot Subroto Jakarta. Kami disambut oleh bapak Eddy Kurnia selaku Direktur Pemasaran PT. Telkom, tbk yang telah kami wawancarai pada hari sebelumnya. Kami berada di gedung yang menjadi kantor pusat Telkom sekitar pukul lima sore, padahal kami dijadwalkan untuk mewawancara Direktur Utama Telkom pada pukul tujuh malam. Kami datang lebih awal, dikarenakan kekhawatiran kami apabila berangkat lebih sore akan terkena macet ibukota pada saat jam bubar kantor. Selain itu, kami juga harus mempersiapkan beberapa peralatan agar dapat dipergunakan pada saat wawancara nanti.
Akhirnya wawancara bersama Direktur Utama Telkom pun dimulai. Diawali dengan beberapa obrolan singkat, akhirnya Pak dirut menceritakan perjuangan satu-satunya BUMN di bidang telekomunikasi ini. Berikut petikannya :

Bertelepon ria, saling mengirim pesan singkat, kirim-kiriman Blackberry Messenger dan bermain di dunia maya, sekarang semuanya bisa dilakukan hanya dengan menggunakan telepon genggam. Pemandangan kesibukan dengan menggunakan telepon genggam kini bisa ditemui dimanapun. Bahkan pergeseran gaya hidup ini memunculkan efek mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Kebutuhan akan telepon genggam maupun smartphone dengan akses internet tanpa batas tak bisa terelakan lagi bagi masyarakat Indonesia sebagai sarana pergaulan ataupun sarana untuk memperlancar pekerjaan.
Kemudahan-kemudahan yang diberikan dari layanan ini terbukti telah mendongkrak jumlah pengguna jasa layanan telekomunikasi di Indonesia. Tak heran jika di tahun 2010 saja,  industri seluler yang baru dikenal selama 15 tahun ini mencapai penetrasi hingga 80 persen dengan jumlah pelanggan mencapai 180 juta. Suatu angka yang fantastis, dan Telkom sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negarabidang jasa telekomunikasi, kecipratan peningkatan keuntungan akibat berubahnya gaya hidup masyarakat Indonesia tersebut. Keuntungan Telkom pada triwulan tiga di tahun 2011 saja sudah mengalami kenaikan 3,4 % dibanding triwulan yang sama pada tahun 2010.
Selain itu, perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia tentu saja memberikan sumbangan yang tidak sedikit ke Kas Negara. Revenue sekitar  70 trilyun setahun, maka sekitar 26 trilyun akan kembali ke negara dalam bentuk pajak, deviden serta biaya pemakaian frekuuensi. Walaupun persaingan industri ini sangat luar biasa, namun Telkom telah menjangkau hampir 100% wilayah Indonesia sehingga ikut mengembangkan infrastruktur di daerah.
Sayangnya angka yang cukup signifikan yang disumbangkan bagi kas negara dari bidang jasa telekomunikasi ini, tidak seiring dengan harapan Telkom sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negaradi bidang jasa telekomunikasi. Kenyataanya tidak ada perlakuan khusus dari pemerintah terhadap Telkom, bahkan kebijakan pemerintah Indonesia kerap memperlakukan kebebasan atas masuknya modal asing dan juga perusahaan-perusahaan asing untuk beroperasi di Indonesia. Hal ini tentu saja membuat Telkom perlu siaga penuh. Indonesia memang dikenal sebagai negara yang memiliki perusahaan provider terbesar di dunia baik BUMN, swasta nasional maupun swasta asing. Tercatat saat ini ada 10 perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi, dan perusahaan asing yang menguasai industri telekomunikasi di Indonesia didominasi oleh BUMN milik Singapura.
Perjuangan Telkom di kancah persaingan bisnis telekomunikasi yang begitu liberal di negeri ini bisa dikatan disajikan dengan performa yang baik dari masa ke masa. Dengan berbagai inovasi dan perbaikan budaya kerja di dalam internal Telkom. Masa lalu sebagai pemegang monopoli dalam bidang jasa telekomunikasi, memang meninggalkan pekerjaan rumah yang cukup berat bagi management Telkom agar siap bersaing di arena pasar bebas telekomunikasi. Apalagi status sebagai Badan Usaha Milik Negara membuat langkah Telkom tidak bisa selincah perusahaan swasta dalam mengambil kebijakan perusahaan.
Telkom sebagai BUMN memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya BUMN memiliki sistem yang baku dan rapi. Kedua memiliki kewajiban mengelola SDM sehingga pengelolaan SDM di Telkom bagus. Namun di saat yang sama ada keterikatan regulasi, jika perusahaan swasta ada  tiga undang-undang yang mengikatnya sedangkan BUMN ada 8 undang-undang. Hal ini yang mengakibatkan peraturan pada Telkom lebih mengikat dan ekspansi perusahaannya tidak dapat disamakan dengan swasta. Namun, Telkom harus bisa berjalan secara fleksibel mengingat situasi kompetitif industri ini.
Akhirnya, wawancara kami dengan bapak Renaldi Firmansyah ini kami akhiri. Sesungguhnya sikap optimisme direktur utama PT Telekomunikasi Indonesia, tbk untuk tetap mempertahankan perusahaan menjadi juara di arena industri telekomunikasi negeri ini layak diamini seluruh bangsa Indonesia. Karena bagaimanapun Telkom merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara bidang telekomunikasi yang dimiliki negeri ini. Dalam hal ini, kita perlu mengaplikasikan makna dari kata nasionalisme berkomunikasi sebagai wujud dukungan terhadap perusahaan telekomunikasi nasional.

1 komentar:

Fridayana Baabullah mengatakan...

Mmm, mudah2an telkom lebih diberikan kebebasan bergerak oleh pemerintah biar bisa lebih fleksibel seperti yang diharapkan pak Rinaldi sehingga bisa bersaing lebih bebas :)