Ragam Tulisan

Jumat, 28 Oktober 2011

Memahami si-Darah Muda



Surabaya, 28 Oktober 2011
Indonesia hari ini sedang merayakan Hari Sumpah Pemuda. Apabila kita menengok 83 tahun yang lalu, para pemuda Indonesia-lah yang bertekad menyatukan semangat menjadi sebuah gebrakan massal dalam mendorong Bangsa ini untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Walhasil, bangsa kita bisa merdeka walaupun dengan awal semangat. Namun tahukah anda seperti apa sebenarnya sifat pemuda atau bisa kita bilang remaja ini? Apa yang melatarbelakangi semangat remaja yang menggelora?
Remaja..... Ketika saya mendengar kata-kata ini saya menjadi teringat beberapa tahun lalu ketika usia saya masih belasan menuju awal dua puluhan. Masa mulai dari sekolah menengah pertama, lanjut ke sekolah menengah atas dan masa perkuliahan. Masa remaja sungguh merupakan masa yang paling berkesan dalam hidup saya.
Mengapa demikian? Karena pada masa remaja saya mengalami banyak hal yang menjadikan saya lebih siap menghadapi masa sekarang bahkan masa yang akan datang. Pada masa remaja saya mengalami banyak lika-liku mengenai hidup seperti permasalahan dengan jati diri, pertemanan, orang tua bahkan asmara. Remaja merupakan masa yang penuh warna, masa dimana semua bisa terjadi bahkan yang kalau kita pikirkan sekarang saat kita dewasa itu merupakan tindakan bodoh, konyol bahkan mengerikan dan tak masuk akal untuk dilakukan.
Namun, apakah benar anak-anak remaja ini hanyalah sekedar bertindak bodoh? Apakah benar remaja itu identik dengan kekonyolan, labil, bermasalah  dan serampangan karena baru menjadi “orang setengah matang” seperti yang dipersepsikan orang dewasa selama ini?
Penelitian yang dilakukan oleh National Institute of Health menunjukkan bahwa otak manusia mengalami penataan besar-besaran antara usia 12 hingga 25 tahun. Otak akan mengalami peningkatan kecepatan transmisi otak sehingga akan membuat otak manusia semakin cepat, efisien dan canggih. Hal ini juga yang menjadikan manusia lebih mahir dalam menetapkan sasaran, menggunakan ingatan dan pengalaman dalam proses pengambilan keputusan serta mempertimbangkan variabel dan agenda yang jauh lebih banyak daripada sebelumnya.
Jika perkembangan ini berlangsung normal, maka manusia semakin mampu untuk menyeimbangkan antara dorongan hati, keinginan, sasaran, kepentingan pribadi, aturan dan etika sehingga akan menghasilkan prilaku yang lebih masuk akal. Tetapi ada kalanya, terutama pada masa awal perkembangan ini, otak masih kikuk melakukannya. Inilah yang seringkali menyebabkan remaja melakukan pilihan yang terkadang membingungkan.
Menurut Laurence Steinberg, seorang psikolog yang berspesialisasi pada masa remaja mengungkapkan, strategi kognitif dasar remaja sama dengan orang dewasa. Mereka sama baiknya dalam memecahkan masalah menggunakan nalar sebagaimana orang dewasa. Yang membedakan adalah remaja merupakan seorang pengambil resiko terbesar. Mereka tidak meremehkan resiko, namun menimbang resiko dengan imbalan secara berbeda. Dalam hal ini, apabila menurut mereka imbalan yang diberikan sesuai dengan yang mereka inginkan, maka mereka lebih menghargai imbalan dibandingkan dengan orang dewasa.
Contohnya ketika remaja dan orang dewasa disuruh mengemudikan motor mengelilingi kota. Ketika remaja disuruh mengelilingi kota sendirian, dia dalam situasi ruang kosong atau Steinberg mengatakan situasi “tenang” secara emosional dan mengambil resiko setara dengan orang dewasa. Namun ketika ditambahkan unsur yang penting bagi remaja, misalnya ketika teman-temannya melihatnya, maka dia akan mengambil resiko dua kali lipatnya. Si remaja akan mencoba menerobos lampu merah di tempat yang sebelumnya dia berhenti. Sementara itu, cara orang dewasa mengendarai motornya tidak berbeda saat temannya menonton.

Bagi Steinberg, hal ini menunjukkan secara jelas bahwa pengambilan resiko muncul bukan karena daya pikir yang lemah, namun karena penilaian lebih tinggi terhadap imbalan. Steinberg juga meyakini bahwa pertimbangan resiko melawan imbalan yang dimenangkan oleh resiko memiliki pengaruh terhadap proses evolusi manusia mengenai kemauan mengambil resiko untuk memberikan adaptasi terhadap kehidupan. Kesuksesan sering kali mengharuskan kita untuk  keluar dari rumah dan memasuki sesuatu yang kurang aman. Inilah yang mendorong untuk merasakan sesuatu sensasi yang baru.

Mencari hal baru, keputusan yang penuh resiko, dan pergaulan dengan teman-teman sebaya, mungkin oleh kita hanya dilihat dari sisi melakukan hal-hal bodoh bersama-sama teman mereka. Namun sesungguhnya remaja mungkin makhluk yang paling bisa beradaptasi secara sempurna terhadap lingkungannya dan memang semestinya begitu sebagai spesies manusia. Remaja merupakan proses dalam evolusi manusia, sehingga sifat-sifat remaja telah membuat manusia dapat menyebar ke seluruh planet.

Teori yang telah dijelaskan di atas mungkin tidak bisa seluruhnya diterima oleh para orang tua, terutama yang menghadapi remaja dalam masa paling sulit seperti pembangkang ataupun badung. Banyak orang yang mati dalam pertempuran sama hal nya dengan banyaknya remaja yang mati karena alkohol, kecanduan narkoba maupun yang lainnya.

Jika anda kesal dalam menghadapi remaja, maka besarkanlah hati anda dengan mengingat otak mereka masih dalam tahap perkembangan dan proses pematangan. Namun disini lah peran orang tua dimulai. Orang tua harus berkomunikasi dan membimbing secara tegas anak remajanya tanpa terlalu ikut campur, tetap akrab tetapi membiarkan anak mereka mandiri, maka anak-anak mereka akan lebih sukses dalam hidup.

 Suatu saat remaja akan mengakui bahwa pelajaran dari orang tua mereka-lah yang terbaik karena pengetahuan yang dihargai bukan karena pengetahuan yang dipaksakan oleh orang tua namun berasal dari perjuangan orang tua dalam memahami hidup yang kelak remaja tersebut akan benar-benar menyadari bahwa dia tidak hanya harus paham akan dunia orang tuanya namun juga paham dunia yang akan dia masuki kelak. Oleh karena itu, masa remaja akan menentukan keberhasilan mereka saat dewasa kelak.

Akhirnya, di momen Sumpah Pemuda ini semoga kita dapat menyiapkan remaja yang dapat membawa kualitas hidup yang lebih baik mengingat potensi yang luar biasa pada para remaja. Suka tidak suka remaja adalah orang-orang yang akan mengisi masa depan kelak, maka sebagai orang dewasa seyogyanya kita dapat bersinergi dengan mereka. Bukankan Bung Karno pernah mengatakan, “ Berikan aku sepuluh pemuda (remaja), maka aku akan mengubah dunia”.

2 komentar:

Aldo K. Wachyudi mengatakan...

Mana mas Agasnya??
cuma keliatan mas Hafiz waktu muda aja nih :D

Aa Hafidz mengatakan...

Itu yang pake topi sendiri, sambil ngeluarin lidah... (gak banget kan???)