Ragam Tulisan

Sabtu, 29 Oktober 2011

Blackberry, Fenomena si Telepon Pintar


Surabaya, 29 Oktober 2011
Saat ini siapa yang tidak kenal dengan BlackBerry, fenomena gadget canggih ini telah berkembang bukan hanya menjadi kebutuhan akan sarana komunikasi saja, namun juga menjadi tren dan gaya hidup. Orang tua, muda, mahasiswa, pekerja, pebisnis hingga ibu rumah tangga menggunakan Blackberry. Bahkan tren saat ini bukanlah menanyakan no handphone namun menanyakan PIN BB sebagai identitas untuk berkomunikasi satu sama lain.
BlackBerry (BB) adalah perangkat selular yang pertama kali di perkenalkan pada tahun 1997 oleh perusahaan kanada yang bernama Research In Motion (RIM). BlackBerry masuk dan diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 200. Produk yang menjadi andalan BlackBerry yaitu layanan Push e-mail nya karena semua e-mail baru, daftar kontak dan informasi kalender “didorong” secara otomatis masuk kedalam Blakberry dan dengan Push e-mail milik BlackBerry pengiriman dan penerimaan e-mail dengan BlackBerry dapat dengan mudah dilakukan. Selain itu fitur lain yang dimiliki BlackBerry yaitu tersedianya beberapa fasilitas chatting BlackBerry Messenger yaitu fasilitas chatting dengan memasukan PIN BlackBerry untuk menambah teman, seperti Yahoo Messenger jika untuk menambah teman anda harus memasukan e-mail teman anda, maka BlackBerry memiliki fitur PIN Blackberry sebagai identitas.
Perkembangan Blackberry di Indonesia memang cukup mengesankan. Indonesia nampaknya memang pasar yang sangat empuk bagi RIM untuk meraup keuntungan. Jika dilihat dari perkembangan jumlah pelanggan di Indonesia, tahun lalu jumlah pelanggan BlackBerry di Indonesia mencapai 2,63 juta dan tahun ini diperkirakan mencapai 4 juta,  sehingga menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesar BlackBerry di Asia Tenggara.
Memiliki telepon seluler pintar semacam Blackberry memang menyenangkan. Tak hanya menghibur, tapi juga bermanfaat untuk pekerjaan. Namun, di balik nilai positif yang ditawarkan, perangkat canggih itu ternyata menyimpan sejumlah efek buruk yang dapat mengganggu kesehatan penggunanya antara lain :
         1.         Membuat Ketagihan 
Studi Rutgers University pada 2006 menyimpulkan, Blackberry dan perangkat serupa memicu kenaikan penggunaan internet yang cukup signifikan, namun berdampak buruk bagi kesehatan mental.
         2.         Mengganggu Tidur 
Pengguna Blackberry yang memiliki kebiasaan memainkannya sebelum tidur rentan mengalami insomnia, sakit kepala, dan kesulitan berkonsentrasi. Penelitian yang dilakukan Uppsala University di Swedia menambahkan bahwa radiasi telepon seluler bisa mengganggu aktivitas tidur.
         3.         Memicu Cemas 
Studi yang dilakukan MIT's Sloan School of Management pada 2007 mengungkap, penggunaan Blackberry membentuk budaya stres di tempat kerja. Fasilitas internet 24 jam yang dijagokan telepon seluler pintar itu mengacaukan waktu luang pekerja. Tugas dan hal-hal yang menyangkut pekerjaan bisa hadir kapanpun, termasuk kala sedang libur.
         4.         Melemahkan Otak 
Blackberry berisiko melemahkan daya konsentrasi penggunanya. Karakternya yang mampu membuat pengguna melakukan sejumlah hal dalam waktu bersamaan (multitasking) cenderung membuat seseorang kesulitan menyerap informasi lantaran fokusnya mudah beralih dari satu hal ke hal lain.
 Ironisnya masyarakat di Indonesia belum mengoptimalkan fungsi dari Blackberry itu sendiri. Dari jutaan pengguna BB, hanya setengahnya yang telah memanfaatkan fasilitas push E-mail. Selebihnya BB hanyalah digunakan untuk telpon, sms atau BBM saja. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia bukanlah menggunakan perangkat canggih ini untuk dapat lebih mudah berinteraksi di dunia maya, namun hanya sekedar ikut-ikutan latah akan maraknya penggunaan gadget ini. Yang lebih parah lagi, RIM sebagai satu-satunya penyedia layanan push E-mail, belum bersedia menyediakan server dan layanan purna jualnya di Indonesia. Padahal seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah pasar terbesar Blackberry di kawasan Asia Tenggara. Bisa kita bayangkan, betapa konsumen Blackberry di Indonesia tidak mempunyai pelayanan yang cukup baik dari produsen Blackberry, bahkan uang yang konsumen bayarkan sebagai pelanggan layanan Blackberry tidak dapat dipotong pajaknya oleh pemerintah kita. Namun saat ini, pemerintah telah menyusun regulasi untuk mengintervensi pihak RIM agar bersedia menyediakan wakilnya di Indonesia.
Fenomena Blackberry memang tidak lepas dari kebutuhan masyarakat akan peningkatan aktifitas dunia maya. Sebagai masyarakat modern, internet telah menjadi dunia kedua yang menjadikan kita mampu berinteraksi dengan siapapun, dimanapun dan saat kapanpun. Tentu saja hal ini harus dilandasi dengan etika ber-internet yang baik agar kita menjadi masyarakat modern yang dinamis, inovatif namun santun.

Tidak ada komentar: