Ragam Tulisan

Sabtu, 29 Oktober 2011

Mahasiswa Anti Demonstrasi



Surabaya, 29 Oktober 2011
Di jaman reformasi ini, yang namanya unjuk rasa atau biasanya disebut dengan demonstrasi kerap dilakukan. Kebebasan berpendapat dan berekspresi yang menjadi ciri khas demokrasi yang dianut oleh negara kita saat ini memang mau tidak mau akan memunculkan banyak demonstrasi. Sebagian orang memandang demonstrasi sebagai gerakan yang dipolitisir, yang hanya membawa pesan pihak-pihak yang berkepentingan saja, identik dengan demonstran bayaran bahkan cenderung anarkis. Padahal, demonstrasi merupakan sebuah alat penyeimbang dalam sebuah kehidupan berdemokrasi.
Berdasarkan Wikipedia, Unjuk rasa atau demonstrasi (“demo”) adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang menentang kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas dengan perlakuan majikannya. 
 Yang menjadi sorotan saya, mahasiswa kadang terlalu bersemangat untuk melakukan unjuk rasa sebagai rasa kekecewaannya terhadap pemerintah. Memang sudah seharusnya  mahasiswa merupakan satu-satunya alat kontrol independen terhadap pemerintahan yang berkuasa. Namun tak jarang saya menemukan bahwa biasanya mahasiswa yang aktif berdemonstrasi tidak mengetahui secara detil apa yang sebenarnya mereka perjuangkan.
Contoh, mahasiswa menuntut agar pegawai negeri yang korupsi dihukum gantung. Seharusnya dia memikirkan terlebih dahulu apabila dia juga menjadi pegawai negeri yang korupsi nantinya sebelum dia berdemo. Coba bayangkan, ketika mahasiswa tersebut diterima menjadi seorang pegawai negeri sipil, mempunyai anak yang akan sekolah, kemudian istri yang hamil besar lalu mertua yang sakit-sakitan. Apabila berpikir jauh ke depan, maka konsistensi mahasiswa yang idealis akan diuji. Apakah dia kuat menahan godaan untuk tidak korupsi, ataukah dia akan menjadi salah satu pegawai korup juga dengan alasan kepepet kebutuhan??
Saya tidak mengajarkan mahasiswa untuk korupsi, namun saya berbicara mengenai kenyataan. Mahasiswa berani bersuara karena mereka belum diuji. Tugas mereka adalah belajar dan menuntut ilmu. Namun ketika dihadapkan permasalahan yang sesungguhnya, tentu tidak semudah apa yang telah mereka demonstrasikan.
Mahasiswa sejati tidak hanya pandai berdemo. Kelak mahasiswa yang akan menggantikan setiap elemen bangsa ini. Jadilah mahasiswa yang jujur, beretika dan konsisten hingga jabatan apapun. Jangan menjadi mahasiswa yang hanya berkoar-koar akan kekecewaan namun tak pernah menjadi bagian solusi dari bangsa ini. Mulailah aksi nyata dari sekarang. Menuntut ilme dengan baik lalu sempurnakan sistem bangsa secara menyeluruh dan mengisinya dengan orang-orang yang kredibel, jujur, bertanggung jawab dan terhormat.
Dari argumentasi yang sedikit dan sederhana ini saya sangat berharap, bahwa mahasiswa pada akhirnya akan menentukan masa depan bangsa ini. Jangan menjadi mahasiswa yang mempunyai kultur gemar ber-unjuk rasa, namun berikan yang terbaik untuk pembangunan bangsa yang kita cintai ini. Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Sempurna senantiasa membimbing kita semua.

Tidak ada komentar: